BERIKUT ADALAH HASIL ECHO JANTUNG PASIEN YANG TELAH MENGALAMI KELEMAHAN OTOT JANTUNG

- Basal : Hipokinetik Anterior, Anteroseptal dan Inferoseptal


Gambar diatas adalah hasil pemeriksaan gerakan otot jantung pada ke 6 segmen bagian Basal jantung. Tanda panah berwarna merah pada segmen 1,6 dan 5 menunjukkan adanya kelemahan (Hipokinetik) pada gerakan otot jantung. Hipokinetik merupakan kondisi dimana bagian otot jantung tidak mampu melakukan kontraksi dengan baik, hal ini disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Coba bandingkan dengan gerakan otot jantung normal pada segmen 2,3 dan 4 (Panah biru).



Ketika terjadi penyumbatan pada arteri koroner, regio jantung tertentu akan mengalami kekurangan aliran darah dan menyebabkan gerakan yang abnormal tergantung pada segmen mana yang terkena dan pembuluh darah mana yang mengalami penyumbatan. Dari hasil ECHO diatas menunjukkan dari 6 segmen jantung, terdapat 3 segmen yang mengalami kelemahan.


BERIKUT ADALAH HASIL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) PASIEN YANG TELAH MENGALAMI PENYUMBATAN ARTERI KORONER



Pemeriksaan EKG bertujuan untuk menilai kelistrikan jantung. Perhatikan gambar diatas. Pemeriksaan EKG tersebut menunjukkan bahwa terdapat abnormalitas berupa depresi pada segmen ST di lead V5 dan V6 yang menandakan bahwa telah terjadi kekurangan aliran darah serta kadar oksigen (Iskemia) ke daerah otot jantung akibat penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Ketika terjadi penurunan kadar oksigen yang dibawa oleh darah pada otot jantung maka akan muncul beberapa gejala klinis pada pasien yang mengalami hal tersebut. Dalam keadaan ini pasien sudah dapat dikatakan menderita penyakit jantung koroner.


GEJALA PENYAKIT JANTUNG KORONER


Berkurangnya aliran darah pada otot jantung akan menimbulkan gejala seperti:


- Nyeri dada kiri atau bagian tengah yang dipicu aktifitas fisik

- Nyeri pada leher, lengan atau punggung

- Sesak napas

- Kelelahan

- Berkeringat

- Nyeri leher atau rahang

- Mual


PENYEBAB PENYAKIT JANTUNG KORONER


Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan yang tinggi akan kandungan lemak. Hal itu lambat laun akan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya pembentukan plak-plak didalam pembuluh darah (atherosklerosis) sehingga mempersempit lumen pembuluh darah dan mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke daerah jantung.




Pada tahap awal, berkurangnya aliran darah mungkin saja tidak menimbulkan masalah apapun. Namun, karena plak terus menumpuk di pembuluh darah jantung Anda, maka kemampuan jantung untuk memompa darah akan terganggu dan bila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan kegagalan fungsi jantung dengan gejala seperti :


- Kaki bengkak

- Sesak napas disertai batuk

- Tidur dengan > 2 bantal

- Berat badan naik secara drastis


Myocardial Perfusion Therapy VS Konvensional Therapy

Dalam mengatasi Penyakit Jantung Koroner (PJK), pihak medis konvensional memiliki 2 metode utama yang digunakan sebagai solusi, yaitu :


1. PCI STENT (Pemasangan Ring Jantung)

2. CABG (Operasi Bypass)


Namun, tahukah anda bahwa ada beberapa kelemahan pada kedua metode tersebut?


PCI STENT


Ada 2 jenis stent yang tersedia saat ini yaitu BMS (Bare Metal Stent) dan DES (Drug Eluting Stent). Stent berjenis DES lebih unggul daripada jenis BMS karena dibekali dengan obat anti penolakan respon imun yang dapat bertahan selama 3 tahun sejak dipasangkan kedalam pembuluh darah. Namun dari sisi harga, Stent berjenis DES ini memiliki harga 3x lipat lebih mahal dari jenis BMS.







Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada resiko terjadinya penggumpalan darah didalam ring yang telah terpasang (In-Stent Restenosis) hanya 6 bulan setelah dipasangkan untuk stent berjenis BMS. Artinya baik menggunakan BMS dan DES, keduanya memiliki resiko terjadi penyumbatan kembali didalam Stent (ring) dalam waktu 6 bulan hingga 36 bulan sejak dipasangkan. Hal ini terjadi akibat adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu Early Elastic Return (Recoil), Vascular Remodelling, dan Neointimal Hyperplasia. Selain itu, efek samping dari zat kontras yang disuntikkan bersifat sangat toksik pada ginjal. Zat kontras tersebut dapat menyebabkan perburukan pada fungsi ginjal dan meningkatkan risiko seseorang untuk menjalani cuci darah.





Buccheri D, Piraino D, Andolina G, Cortese B. Understanding and managing in-stent restenosis: a review of clinical data, from pathogenesis to treatment. J Thorac Dis 2016;8(10):E1150-E1162. doi: 10.21037/jtd.2016.10.93



Perhatikan Gambar dibawah ini terlihat dari hasil pemeriksaan angiografi terdapat penyempitan kembali (restenosis) pada ke-tiga ring jantung yang pernah dipasangkan pada pasien tersebut





CABG


CABG atau Operasi Bypass adalah prosedur untuk menggantikan Pembuluh Arteri yang tersumbat dengan pembuluh vena kaki (Saphena Magna) untuk mengaliri darah dari aorta ke otot jantung. Tapi perlu diketahui bahwa tindakan ini bagaikan memakan buah simalakama. Disatu sisi sangat dibutuhkan untuk membantu mengalirkan darah bagi otot jantung yang kekurangan oksigen namun disisi lain justru meningkatkan resiko terjadinya aneurisma dan diseksi pada pembuluh darah tersebut setelah beberapa tahun pemasangan.


Mengapa Demikian?


Hal ini terjadi karena transplantasi tersebut menggunakan pembuluh darah vena bukan pembuluh darah arteri. Dimana tebal dinding pembuluh darah Vena hanya 1/3 kali (se-pertiga) dari tebal pembuluh arteri. Pembuluh darah Vena Saphena Magna yang digunakan untuk menggantikan pembuluh darah arteri Koroner Jantung tidak diciptakan untuk menahan tekanan jantung yang tinggi. Hal ini menyebabkan dinding pembuluh darah vena tersebut menjadi robek dan bermanifestasi berupa aneurisma yang siap menjadi bom waktu bagi pemilik pembuluh darah yang ditransplantasi tersebut.


Lalu Bagaimana seharusnya mengobati Penyakit Jantung Koroner ?


Kami memiliki perspektif berbeda dalam memandang Penyakit Jantung Koroner, Khususnya dalam hal penatalaksanaannya (pengobatannya). Kami tidak sependapat dengan metode PCI STENT dan CABG yang banyak digunakan oleh medis konvensional. Kami memilih untuk menggunakan Teori Myocardial Perfusion dalam mengatasi Penyakit Jantung Koroner


Mengapa?


Berikut beberapa hal yang kami temui dilapangan :


1. Ada pasien yang memiliki penyumbatan total (CTO) dilebih dari 1 pembuluh darah tetapi tidak merasakan keluhan yang berarti dalam aktifitas sehari harinya. Hal ini terjadi karena ternyata adanya pembuluh darah kolateral yang membantu suplai darah.




Kontralateral berdasarkan national cancer institute menunjukkan adanya kaitan atau hubungan dengan atau sisi yang berlawanan dari tubuh. Artinya ada bagian jantung yang menerima suplai darah dari pembuluh darah yang berlawanan.



Perhatikan

Tanda panah A = Gelombang hanya setinggi 1 mm
Tanda panah B = Tinggi gelombang bertambah menjadi 5 mm
Tanda panah C = Tinggi gelombang mencapai 10 mm

Tinggi gelombang terus berkembang, menunjukkan bahwa pompa jantung pasien dalam batas normal, meskipun didapati penyumbatan total (CTO) dilebih dari 1 titik pembuluh darah..



2. Ada pasien yang memiliki penyumbatan pembuluh darah jantung dan telah dilakukan pemasangan ring pada titik penyumbatan tersebut namun ternyata tidak terdapat perbaikan gejala klinis pada pasien tersebut. Bahkan ketika dilakukan pemeriksaan kateterisasi jantung ulang satu tahun setelah pemasangan ring pada pasien tersebut terdapat perlambatan sirkulasi darah ke arteri koroner jantung. Lalu ketika dilakukan pemeriksaan ECHO untuk menilai apakah terdapat perbaikan pompa jantung satu tahun setelah pemasangan ring tersebut, malah didapati penurunan pompa jantung yang cukup signifikan. Saat dilakukan evaluasi kembali dengan dilakukan pemeriksaan Elektrokardiograf (EKG) terlihat tidak terdapat perkembangan gelombang R pada sadapan prekordial yang menunjukan masih terdapat kelemahan pada bagian septal jantung pasien tersebut. Artinya tidak didapati adanya perbaikan setelah dilakukan pemasangan ring pada pasien tersebut.



Gambar di atas adalah hasil pemeriksaan kateterisasi jantung pasien sebelum dilakukan pemasangan Ring Jantung ditemukan adanya penyumbatan total CTO Pada Osteal (pangkal pembuluh darah) LAD (arteri koroner jantung).




Gambar diatas adalah hasil pemeriksaan kateterisasi jantung pasien setelah satu tahun dilakukan pemasangan ring jantung. Terlihat bahwa walaupun sudah dilakukan pemasangan ring jantung pada pembuluh darah LAD (arteri koroner jantung) masih terdapat perlambatan aliran sirkulasi darah kebagian bawah jantung (Slow Flow To Distal). Hal ini terjadi akibat impairment micro circulation




Gambar di atas menunjukan pada hasil Echocardiograph pasien tersebut didapati penurunan pompa jantung yang cukup signifikan (EF:40,2% dari nilai normal 53 - 77%).




Perhatikan

Tanda panah A = tidak didapati adanya gelombang
Tanda panah B = tidak didapati adanya  gelombang
Tanda panah C = Tinggi gelombang hanya bertambah 1mm

Tinggi gelombang tidak berkembang (Poor R Progression) menunjukkan bahwa pompa jantung pasien telah menurun meskipun pasien telah menjalani pemasangan ring jantung.



Dari kedua contoh kasus diatas, walaupun terjadi perbaikan aliran darah yang tersumbat dengan menggunakan ring jantung pada otot yang telah mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau kematian otot (Nekrosis) tidak memberikan perubahan yang signifikan. Hal ini terjadi akibat gangguan mikrosirkulasi / Impairment Microcirculation (IM). Satu-satunya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gangguan sirkulasi (IM) adalah dengan memperbaiki Myocardial perfusion. Adapun pemeriksaan yang dapat digunakan untuk dijadikan indikator penentuan terhadap Myocardial perfusion adalah Echocardiography dan Imaging Myocardial perfusion.




Dengan menggunakan Echocardiography dan Imaging Myocardial perfusion kita dapat melihat aliran darah mikro yang ada pada otot jantung. Melalui echo kita melihat Regional Wall Motion (pergerakan dinding otot jantung). Selama tidak ada abnormalitas ataupun kelemahan pada dinding otot jantung, Ketika pasien tersebut dalam keadaan beraktifitas maka dianggap jantung dalam keadaan sehat. Walaupun setelah dilakukan pemeriksaan angiografi didapati penyumbatan dilebih dari satu titik pada pembuluh arteri koroner jantung, maka hal tersebut bukanlah merupakan hal yang harus dikhawatirkan.


Namun sebaliknya, bila didapati abnormalitas pada Regional Wall Motion (pergerakan dinding otot jantung) berupa kelemahan gerakan pada dinding jantung, namun pada pemeriksaan angiograf atau kateterisasi tidak didapati adanya penyumbatan yang signifikan di pembuluh darah arteri koroner, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi gangguan mikrosirkulasi/ Impairment Circulation (IM) pada pasien.




Bagaimana tahapan pengobatan penyakit jantung koroner?





1. Diagnosa


Dalam penanganan kasus penyakit jantung koroner, perlu dilakukan pemeriksaan pasien dengan menggunakan Teknik wawancara (anamnesis) dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Lalu melengkapinya dengan pemeriksaan penunjang berupa EKG, Echocardiography, Treadmill test dan pemeriksaan laboratorium darah Untuk menentukan klasifikasi gangguan jantung yang diderita oleh pasien. Apakah pasien menderita penyakit jantung koroner primer ataukah ada penyakit pendamping yang menyertainya. Atau mungkin saja penyakit jantung tersebut telah diikuti dengan berbagai komplikasi yang terjadi. Mengingat banyaknya jenis dan klasifikasi penyakit jantung dengan manifestasi gejala klinis yang mirip. Namun memiliki penyebab (etiologi) yang berbeda. Penentuan diagnosa merupakan kunci utama dalam menyusun penatalaksanaan yang bersifat komprehensif dan memiliki peluang keberhasilan yang tinggi.


Klinik kami dibekali dengan alat pemeriksaan echocardiography, Electrocardiograph (ECG), Treadmill test, USG Efusi pleura, sebagai sarana penunjang untuk melakukan evaluasi pada pasien-pasien kami.


Gambar EKG

Gambar TREADMILL

Gambar ECHO

2. Tata laksana


A. Natural Herbal Molecular Agent Therapy (Cardiacsave)


Setelah memiliki diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Pasien akan diberikan beberapa obat herbal yang mengandung natural agen molekuler untuk mengatasi penyakit jantung koroner tersebut yaitu :


1. BROMEKINE

Berfungsi untuk menghancurkan thrombus dan mendegradasi soft plaque yang ada di pembuluh darah dengan kandungan zat aktif yang mampu meningkatkan penghancuran gumpalan thrombus dan meningkatkan aktivasi monosit dalam proses mencerna lemak yang menjadi penyebab penyumbatan

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat BROMEKINE


2. LUMBROKINE

Mengandung senyawa lumbrokinase yang berfungsi sebagai agen angiogenesis sehingga mampu menumbuhkan pembuluh darah kolateral atau dikenal sebagai Bypass Alami

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat LUMBROKINE


3. GANODIO HERB

Berfungsi Meningkatkan daya Angkut Oksigen pada setiap sel darah merah untuk meminimalisir kematian sel otot jantung terhadap keadaan hipoksia miokardium yang terjadi akibat penyumbatan di Pembuluh darah Arteri koroner.

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat GANODIO HERB


4. CARIA PLUS

Berfungsi untuk mencegah terbentuknya sel Foam atau penyumbatan di Pembuluh darah dengan cara melindungi LDL dari oksidasi radikal bebas. Caria plus juga memperbaiki elastisitas pembuluh darah jantung sehingga menjaga agar tidak terjadi penyumbatan jantung baru.

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat CARIA PLUS


5. ARTHOSIS

Komposisi dari 48 Nutrisi mampu bertugas sebagai bahan baku Regenerasi Sel jantung yang telah mengalami kematian akibat serangan jantung. Sehingga meningkatkan ejection fractional dan fungsi jantung dapat kembali normal.

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat ARTHOSIS


6. ZULAM FORTE

Berfungsi untuk meningkatkan metabolisme kolesterol sehingga membantu menurunkan kadar Kolesterol total, Trigliserida, LDL dan menaikkan HDL

Klik Link Di Bawah

Cara Kerja Obat ZULAM FORTE


B. Rehabilitative Mechanical Therapy


Selain itu, diperlukan pula terapi Diastolic Pump Pressure (DPP) setelah 6 bulan pengobatan dengan program Cardiacsave. Diastolic Pump Pressure merupakan suatu metode treatment terbaru yang mampu memberikan nature collateral arteries atau bypass alami pada penderita penyumbatan pembuluh darah jantung. Dengan cara meningkatkan perfusi darah pada miokardium melalui peningkatan aliran darah yang dimanipulasi pada fase diastolik.


Alat ini bekerja dengan cara mengalirkan darah dari vena iliaka, vena femoralis, dan vena tibialis anterior dan posterior agar dapat memberikan volume darah balik lebih maksimal ke vena cava inferior sehingga aliran darah yang mengisi jantung menjadi lebih maksimal. Tindakan tersebut akan mengakibatkan pompa vantrikel menjadi terangsang untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Pada keadaan ini aliran darah yang dialirkan pada arteri koronaria akan mencapai batas maksimal sehingga menyebabkan semakin baiknya kondisi perfusi miokardium dan terbentuknya pembuluh darah baru (angiogenesis).

Gambar Diastolic Pump Pressure (DPP)

Setelah dilakukan tata laksana yang sudah dijelaskan di atas pasti anda ingin melihat contoh kasus pasien jantung koroner yang kami berikan tata laksana dengan teori Myocardial Perfusion







BUKTI MEDIS KASUS DI BAWAH INI ADALAH REAL BUKAN MERUPAKAN TESTIMONIAL #ANTITESTIMONIAL



Berikut adalah contoh kasus beserta bukti medis pasien jantung koroner yang datang ke pada kami dengan komplikasi yang menyertainya


Seorang laki-laki berinisial MD berusia 54 tahun. Ketika pasien datang kepada kami, didapati pasien dalam keadaan kaki bengkak dengan nafas tersengal sengal. Berat badan mencapai 107kg.


Lalu pemeriksaan apa yang kami dapati??


Yuk liat kondisi paru-parunya melalui pemeriksaan USG dibawah ini


Tanda panah menunjukkan adanya cairan yang terdapat di kantung pleura (selaput paru)




Lalu bagaimanakah gerakan otot jantungnya??
Perhatikan hasil echo dibawah ini




Tanda panah pada bagian 1, 5 dan 6 menunjukkan bahwa gerakan jantung tersebut mengalami kelemahan sehingga tidak mampu melakukan kontraksi jantung.


Hal ini terjadi akibat tersumbatnya pembuluh arteri yang membawa nutrisi ke otot jantung. Dari 6 segment jantung terdapat 3 segmen yang mengalami kelemahan.


Bagaimana pompa jantung pasien?


Tanda panah menunjukkan adanya penurunan pompa jantung dengan nilai ejection fractional 31,86%. Sedangkan nilai normalnya adalah 53-77%.



Lalu apa yang terjadi setelah 1 bulan pengobatan rutin??


Berat badan turun drastis sebesar 18 kg, yang terjadi akibat pengeluaran cairan yang sebelumnya terakumulasi di paru-paru serta kaki.



Ini hasil pemeriksaan USG pleura / paru paru. Tidak didapati gambaran hipoechoic sebagai tanda tidak adanya cairan dalam kantung pleura.





Ini hasil pemeriksaan echonya :


Tampak tanda panah pada bagian 1, 5 dan 6 yang semula mengalami kelemahan berhasil menjadi normal kembali. Seluruh bagian jantung dapat berkontraksi dengan baik. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi perbaikan mikrosirkulasi yang luar biasa pada seluruh bagian jantung.



Yang awalnya terdapat 3 segmen dari 6 segmen yang mengalami kelemahan.. kini seluruh 6 segmen dapat berkontraksi dengan kuat.





Selain itu pompa jantungnya juga mengalami kenaikan. Nilai Ejection Fractional yang semula 31,86 % naik menjadi 72,14% hanya dalam waktu 1 bulan.













Komplikasi Penyakit Jantung Koroner



Apakah anda pernah merasa kedua kaki anda membesar (Bengkak) ketika berjalan jauh?.


Mungkin anda merasa biasa saja dan tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang serius karena besok paginya setelah anda bangun tidur biasanya kaki anda kembali kempes dan normal seperti sediakala


Tapi tahukah anda bahwa gejala tersebut adalah gejala dari penyakit yang cukup serius???


Ya...Cukup Serius...!!


Gejala kaki bengkak ketika berjalan dan duduk lama merupakan pertanda adanya gangguan sistem vaskular didalam tubuh yang mengarah pada penyakit Jantung dan atau Pengentalan darah. Tetapi bila gejala kaki bengkak muncul secara menetap padahal tidak dalam keadaan berjalan dan duduk lama maka ada kemungkinan itu disebabkan akibat penyakit gagal ginjal.


Penyakit jantung yang dapat menimbulkan gejala kaki bengkak adalah :


- Bocor Katup Trikuspidalis

- Gagal jantung bagian kanan

- Penurunan Pompa Jantung akibat Jantung Koroner


Sedangkan Penyakit Darah Kental yang dapat menyebabkan kaki bengkak yaitu:


- Insufisiensi vena akibat Diabetes Mellitus

- Deep Vein Thrombosis akibat Autoimun

- Dehidrasi berat


Kita dapat membedakan secara mudah untuk menentukan penyebab gejala kaki bengkak tersebut dengan melihat apakah gejala kaki bengkak muncul hanya pada satu kaki atau pada kedua kakinya.



Jika kaki bengkak hanya muncul pada satu kaki, maka besar kemungkinan itu disebabkan oleh penyakit pengentalan darah.





Lihat Foto di bawah








Sedangkan bila gejala kaki bengkak muncul pada kedua kaki, maka besar kemungkinan itu berasal dari penyakit jantung.





Lihat Foto di bawah



Pengentalan darah baik yang disebabkan oleh penyakit Autoimun maupun penyakit degeneratif, dapat ditandai dengan peningkatan kadar D-Dimer. D-dimer merupakan produk hasil degradasi fibrin, yaitu fragmen protein kecil yang muncul setelah gumpalan darah berhasil didegradasi akibat pemecahan benang-benang fibrin (fibrinolisis).


Peningkatan kadar D-Dimer dalam darah sangat berisiko untuk terjadi komplikasi berat seperti stroke, kebutaan, serangan jantung, emboli paru hingga kematian mendadak. Sehingga tentunya agen fibrinolisis sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses pemecahan gumpalan darah (thrombus), serta penurunan kadar D-Dimer,


Manfaat agen fibrinolisis dapat diambil dari Bromekine, karena senyawa Br yang terkandung dalam Bromekine secara alami dapat mengaktifasi perubahan plasminogen menjadi plasmin sehingga dapat mempercepat pemecahan benang-benang fibrin. Sehingga efeknya dapat menurunkan kadar D-Dimer, menurunkan resiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.




Gejala sesak napas dan batuk menandakan adanya akumulasi cairan pada paru-paru yang dinamakan dengan efusi pleura. Ketika jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah, maka akan terjadi penumpukan cairan di paru-paru, kaki, hingga rongga perut.


Penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas akibat efusi pleura adalah :


- Gagal jantung bagian kiri

- Bocor katup mitral

- Penurunan Pompa Jantung akibat Jantung Koroner

Efusi pleura dapat terlihat dari hasil rontgen dan usg abdomen


Perhatikan hasil rontgen dibawah ini. Bagian yang dilingkari menunjukan adanya perselubungan dan sinus kostofrenikus terlihat tumpul





Perhatikan juga hasil USG dibawah ini. Tanda panah menunjukkan cairan pada pleura






Jalan IR. Haji Juanda No. 13, Kemiri Muka,
Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16423
Buka: Setiap hari (08:00-16:00)
Telepon: (021) 7721-9559 atau (021) 2986-7985
Mobile: 0812-3002-0033


Jl. Sidorukun, Pulo Brayan Darat II, Kec. Medan Tim.,
Kota Medan, Sumatera Utara 20237
Buka: Senin - Kamis dan Sabtu - Minggu (08:00-16:00)
Telepon : +62 61 66935676
Mobile: 0812-3002-0033


Jl. Raya Wisma Lidah Kulon No.A-88, Lidah Kulon, Kec. Lakarsantri,
Kota SBY, Jawa Timur 60213
Buka: Senin - Kamis dan Sabtu - Minggu (08:00-16:00)

Mobile: 0812-3002-0033

SEGERA KONSULTASIKAN KELUHAN ANDA

Bersama Konsultan Kami Via Whatsapp

Chat Via Whatsapp

0812-3002-0033/


Klinik Alkindi Herbal ada di 3 kota

Depok, jawa barat

Medan, sumatera utara

Surabaya, Jawa timur